Kamis, 14 Februari 2013

Tentang Cinta


Hari ini ku melihat terlalu banyak manusia yang bercerita tentang cinta, mendeskripsikan cinta menurut pandangan subjektif mereka entah dengan atau tanpa maksud tertentu. Tidak ada yang benar, tidak ada yang salah, yang ada adalah orang-orang yang sepakat dengan pendefinisian cinta jika itu sesuai dengan pengalaman mereka, jika itu sesuai dengan apa yang mereka inginkan padahal sejauh yang saya ketahui cinta itu terlepas dari tendensi apapun terlepas dari semua karena-karena yang mungkin ada. Dalam pahaman saya, dalam dunia idea saya mengatakan cinta mendatangkan sesuatu yang sangat luar biasa, sangat sensasional (saya tidak mendapatkan kata yang tepat untuk menggambarkannya) bagi orang yang memilikinya, dan cinta seperti itu hanya didapatkan ketika mencintai  Sang Pemilik Cinta.
Namun ada sesuatu yang mengganjal dalam dunia idea saya itu, di tengah-tengah manusia yang begitu ramai meneriakkan tentang cinta mengapa masih terjadi yang namanya kekerasan? Mengapa masih ada yang namanya tawuran? Hati ini tidak tergerak untuk membersihkan lingkungan sekitar, hati ini masih belum tergerak untuk menolong saudara kita yang mungkin hari ini bahkan untuk memasukkan sesuatu ke dalam perutnya mesti bertaruh dengan nyawanya? Dimana nilai-nilai cinta itu? Pantaskah kita hari ini kemudian berbicara banyak tentang cinta, padahal ada tetangga yang menangani rasa laparnya dengan tidur? Pantaskah kita berbicara tentang cinta sementara ribuan hingga jutaan anak-anak bangsa ini belum mengenyam pendidikan? Mohon jawab pertanyaan saya, dimana nilai-nilai cinta itu?!
Ketika saudara kandung kita dipukuli orang lain, sontak kita marah dan ingin membalas perbuatan itu. Tapi apakah hal demikian kita lakukan terhadap orang-orang yang menjajah saudara kita di negeri Palestina sana? Ataukah memang yang kita anggap sebagai saudara hanyalah saudara karena suatu ikatan darah, suku, asal daerah dan sebagainya? Atau mungkin cinta yang selama ini kita pahami adalah cinta yang egois, entahlah apa namanya, masing-masing dari kita memiliki jawabannya.

Minggu, 03 Februari 2013

Masalah Matematika

Pada tulisan saya kali ini sedikit akan membicarakan tentang masalah matematika. Sebelum itu kita akan memberikan batasan terhadap definisi yang akan kita gunakan dalam pembahasan kali ini, tujuannya agar terdapat kesepahaman terhadap istilah-istilah yang akan kita gunakan. Menurut Jujun Suriasumantri masalah titik tolak dari seluruh kegiatan keilmuan yang akan dilakukan, menurut Agung Wijaya masalah merupakan suatu keadaan yang tidak seimbang antara harapan/keinginan dengan kenyataan yang ada. Dalam pembahasan kali ini kita hanya akan membatasi masalah pada pengertian kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi (kondisi ideal) dengan apa yang terjadi (kondisi nyata).
Matematika dapat kita pahami sebagai suatu ilmu dan matematika dalam pendidikan atau sekolah. Matematika sebagai ilmu dapat di pahami sebagai suatu disiplin ilmu yang memiliki sifat tertentu, seperti: pola berpikir Deduktif-Aksiomatis, memiliki objek kajian yang abstrak, taat pada semesta pembicaraan dan yang lainnya. Sedangkan matematika dalam pendidikan biasanya di format dalam bentuk sedemikian sehingga siswa mampu memahami matematika lebih sederhana, seperti: pola berpikir yang cenderung Induktif-Empiris yang artinya siswa di berikan beberapa contoh yang menghasilkan bentuk umum dari persamaan tertentu, objek kajiannya diupayakan ada di dunia real dengan menghadirkan contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagainya.
Masalah matematika yang kita maksud di sini adalah masalah matematika dalam pendidikan. Secara sederhana masalah matematika bisa di artikan sebagai sesuatu yang dalam matematika siswa mampu selesaikan namun pada kenyataannya siswa tersebut tidak mampu menyelesaikannya. Sebagai contoh: siswa kelas VII yang mendapat pertanyaan mengenai perkalian bilangan bersusun, kondisi idealnya adalah siswa mampu menyelesaikan itu. Namun jika pada kenyataannya siswa tidak mampu menyelesaikannya, maka itulah yang di sebut masalah matematika. Sedangkan “integral” pada siswa Sekolah Dasar bukan merupakan masalah matematika, karena kondisi ideal siswa Sekolah Dasar memang tidak mampu menyelesaikan soal integral.