Jumat, 18 Januari 2013

Untukmu, Tulang Rusukku


Pemuda itu terdiam di sana, menatap langit-langit kamar kecilnya, khayalnya menenmbus atap yang menua itu, mencoba melayangkan imajinasinya jauh menembus ruang dan waktu, menembus batas-batas rasional berpikir yang ia bangun selama ini. Sebagian dirinya berimajinasi terlau jauh, membayangkan dirinya melewati hari-hari yang indah bersama bagian dirinya yang hilang, bersama tulang rusuknya. Imajinasinya semakin menggila, semakin liar, semakin jauh menembus batas-batas rasionalnya, pemuda itu memimpikan sedang berkeliling dunia dengan tulang rusuknya, memandang dengan penuh kasih sayang setiap inci dari tubuhnya, memegang dengan lembut wajah yang selalu bersinar itu dengan senyuman khas di bibir merahnya, suaranya yang merdu yang mapu meneduhkan segala kegelisahan hati pemuda itu.
Di tengah imajinasi yang semakin liar seiring dentuman jarum detik yang berputar, khayalnya tiba-tiba di haling oleh tembok yang sangat kuat yang tak mampu di tembus khayalnya, imajinasinya seolah di jatuhkan dari tempat yang sangat tinggi oleh kesadaran rasionalitasnya. Sebagian dirinya yang lain sadar bahwa apa yang ia khayalkan mustahil untuk terjadi, perbedaan mereka terlampau jauh, bagaikan langit ketujuh dengan dasar sumur bor. Tulang rusuknya terlalu ideal, terlalu baik, terlalu sempurna untuk dirinya. Wanita yang memiliki perangai yang baik, tutur kata yang lembut, jiwa yang teduh, hati yang mendamaikan, paras yang elok, senyum yang memancarkan sinar kebahagiaan di ujung bibir merahnya, berasal dari keluarga terpandang lagi kaya. Sementara pemuda itu berasal dari keluarga yang sangat sederhana, satu-satunya kelebihan yang ia miliki adalah terlalu banyak kekurangan, pikirnya mengecilkan diri. Pemuda itu masih di sana, di kamar kecil dengan atap yang sudah menua di temani oleh pikiran rasional dan imajinasinya yang liar. Entah sampai kapan peperangan itu akan berakhir, ia pun tak tahu, bahkan siapapun yang menjadi pemenang diantara keduanya tidak akan merubah kenyataan bahwa tulang rusuknya memang telah ada di langit ketujuh sementara dirinya tetap berada di dasar sumur bor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar